BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Suatu
perusahaan didirikan tentunya disertai dengan harapan bahwa kelak di kemudian
hari akan mengalami perkembangan yang pesat. Apa pun lingkup usaha yang
dikelola dari perusahaan tersebut serta bagaimana pun bentuk dari perusahaan
itu didirikan. Harapan yang cerah di kemudian hari merupakan salah satu dasar
mengambil tindakan-tindakan yang dianggap diperlukan sekarang. Dalam pembuatan
usaha baru, perusahaan-perusahaan ini mempunyai beberapa kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan operasinya, sehingga dalam perusahaan tersebut akan
sangat menghambat dalam pengembangannya.
Mendirikan
suatu perusahaan bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah. Namun demikian untuk
memelihara dan mengembangkan perusahaan yang sudah didirikan tersebut merupakan
suatu pekerjaan yang jauhlebihberat, karena akan menyangkut berbagai macam
masalah yang lebih banyak dan banyaknya tantangan untuk mempertahankan
konsistensi perusahaan tersebut karena masalah yang datang akan datang silih
berganti. Persoalan akan selalu muncul baik yang berasal dari dalam perusahaan
maupun dari luar perusahaan tersebut. Untuk mempertahankan perusahaan tersebut
berjalan dengan konsisten, maka perusahaan tersebut sebaiknya tidak lari atau
menghindar dari tiap masalah yang menimpa perusahaan tersebut. Perusahaan harus
bisa menyelesaikan tiap-tiap masalah yang dihadapi oleh perusahan tersebut
tidak menghindari masalah apalagi harus lari karena apabila perusahaan
melakukan seperti itu maka akan berakibat fatal bagi perusahaan tersebut.
Akibat yang fatal yang dimaksud adalah menumpuknya masalah yang dihadapi oleh
perusahaan tersebut yang hingga pada akhirnya perusahaan tersebut tidak dapat
lagi menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Ketika
masalah dalam perusahaan sudah tak dapat diatasi maka perusahaan tersebut akan
menunggu waktu kebangkrutan atau penutupan dar iperusahaan itu sendiri karena
tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah yang telah di hadapi perusahaan
tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu STRATEGI OPERASI
2.
Apa
itu PROSES PRODUKSI
3.
Apa
itu PENJADWALAN ( SCHEDULING )
4.
Apa
itu PEMBERIAN PERINTAH ( DISPATCHING )
5.
Apa
itu TINDAK LANJUT ( FOLLOW UP )
C.
Tujuan Penulisan
1.
Memahami
STRATEGI
OPERASI
2.
Memahami
PROSES PRODUKSI
3.
Memahami
PENJADWALAN ( SCHEDULING )
4.
Memahami
PEMBERIAN PERINTAH ( DISPATCHING )
5.
Memahami
TINDAK LANJUT ( FOLLOW UP )
STRATEGI OPERASI
A.
Definisi strategi Operasi
Schroeder,
Anderson, dan Cleveland (1986) mendefisikan bahwa strategi operasi terdiri dari
empat komponen: mis, tujuan, keunggulan khusus, dan kebijakan. Keempat komponen
ini membantu menegaskan tujuan apa yang dicapai dan bagaimana akan mencapai
tujuan itu. Hasil strategi akan membantu mengarahkan dalam pengambilan
keputusan pada seluruh tahap operasi.Definisi lain telah diberikan oleh Hayes
dan Wheelwright (1984) yang mendefinisikan strategi operasi sebagai suatu pola
yang konsisten dalam keputusan operasi. Sementara itu Hayes dan Wheelwright
member tekanan pada hasil dari strategi operasi sebagai suatu pola yang
konsisten dalam pengambilan keputusan, Schroeder juga menekankan strategi
operasi sebagai suatu yang mendahului pengambilan keputusan. Tetapi keduanya
menyetujui bahwa hasilnya adalah pola pengambilan keputusan yang konsisten.
B.
Karakteristik Umum dari Strategi Bisnis
·
Biasanya
berjangka sangat panjang, kurang lebih 5 sampai 10 tahun.
·
Bersifat
spesifik dalam hal yang abstrak, tetapi tidak spesifik dalam rincian konkret.
Jadi, ada ruang gerak-gerik sehari-hari di dalam kerangkastrategi umum.
·
Strategi
merupakan “perasaan” umum atau barangkali “ budaya”, diseluruh organisasi.
Strategi ini dapat digunakan di mana saja dalam perusahaan untuk menuntun
pengambilan keputusan di mana tidak ada kebijakan.
·
Biasanya
berfokus pada beberapabidang spesifik (barang kali hanya satu), dan bukan
pada kelompok besar. Bidang-bidang lain, dan keputusan sehubungan dengan
bidang- bidang tersebut, dianggap tunduk pada bidang-bidang kritis ini.
·
Keputusan
yang diambil oleh perusahaan sepanjang waktu akan memperlihatkan suatu pola
konsisten yang mengukuhkan pandangan strategis.
C.
Merumuskan Strategi Bisnis
Masukan
yang relevan untuk proses perencanaan strategis adalah kebutuhan
pelanggan akan produk/jasa, kekuatan dan kelemahan pesaing, lingkungan
secara umum, dan kekuata, kelemahan, budaya, dan sumber daya organisasi sendiri.
Proses tersebut sangat berulang-ulang dengan pembatasan dari bidang dan
strategi fungsional yang mengubah strategi bisnis secara bolak -balik.
Tiga
Segmen Siklus Hidup Mengarahkan Strategi
Studi
tentang pengenalan produk baru menunjukan bahwa siklus hidup ( atau kurva
pertumbuhan “S” yang di rengangkan, seperti dikenal juga dengan nama
itu.) memberikan pola yang bagus untuk pertumbuhan permintaan akan
keluaran barutersebut dapat dibagi menjaditiga segment besar: pengenalandan
penggunaan dini, penerimaan dan pertumbuhan pasar, dan pematangan dengan
penjenuhan pasar.Sesudah penjenuhan pasar, permintaan mungkin tetap tinggi atau
menurun; atau keluaran mungkin diperbaiki dan mungkin dimulai pada kurva
pertumbuhan yang baru.
Inovasi
Vs Rekacipta
Siklus
hidup dimulai dengan inovasi yang menawarkan suatu produk baru kepada
pasar. Versi awal dari produk atau jasa mungkin relative sering, volume
produksi kecil karena keluaran belum mengejar margin tinggi. Ketika volume
meningkat, rancangan keluaran menjadi stabil dan lebih banyak pesaing memasuki
pasar, sering dengan peralatan yang padat modal. Di dalam fase matang, keluaran
yangsekarang bervolume tinggi merupakan komoditas yang sebenarnya, dan perusahaan
yang dapat mengahasilkan versi yang dapat diterima dengan harga paling rendah
biasanya menggendalikan pasar.
D.
Kategori Strategi Bisnis
Sebelum
merinci strategi bisnis, akan membantu jika kita mempertinbangkan
beberapa cara penggolongan strategi tersebut. Satu pendekatan yang
berguna dikembangkan oleh P.R.Richardson dan kelompok sarjan strateginya
membagi strategi ke dalam enam kategori utama, yang banyak darinya berhubungan
langsung dengan konsep siklus hidup.
·
Arus
konstan keluaran terbaru
Strategi
ini didasarkan pada inovasi dini/fase pengenalan dalam siklus hidup.
Strateginya adalah untuk terus menerus memperkenalkan produk atau jasa baru
yang menawarkan kinerja unggul berkat keahlian teknologi perusahaan.Margin laba
untuk tawaran baru pada mulanya tinggi, tetapi ketika volume meninggkat hingga
saat para pesaing memasuki pasar dan mengurangi margin yang tersedia,
perusahaan meninggalkan pasar tersebut dan pindah ke tawaran lain.
·
Bersaing
sepanjang siklus hidup dengan pemenang
Strategi
ini serupa dengan strategi inovasi, tetapi perusahaan tetap dengan
produk/jasa bersangkutan sepanjang siklus hidupnya. Ketika parapesaing
memasuki pasar, perusahaan mengambil margin yang lebih kecil, tetapi
dengan volume yang lebih tinggi. Perusahaan di sini selalu mencari produk atau
jasa yang dapat menjadi “ pemenang” di dalam pasar dan menjaditawaran
permanen perusahaan.
·
Melayani
kekompleksan.
Strategi
ini menawarkan pelayanan untuk sistem yang kompleks dan sering menurut pesanan
yang dihasilkan dalm volume rendah per unit. Keahlian teknologi
perusahaan dan fleksibelitas pelayanan harus tinggi untuk melayani dengan
hasil sitem yang relative unik, tetapi margin yang dihasilkan lumayan besar.
·
Pembuatan
berdasarkan pesanan untuk suatu harga
Perusahaan
menggunkan strategi ini akan menyesuaikan tawaran mereka berdasarkan
spesifikasi pelanggan. Perusahaan harus fleksibel.Tetapi tidakharus inovatif.
Margin tinggi karena volume yang rendah.
·
Variasi
modular dengan harga murah
Strategi
ini menawarkan variasi yang, terbatas dengan harga yang relative rendah dengan
merakit modul-modul standart berlainan yang diproduksi masal menjadi kombinasi
yang ditetapkan oleh pelanggan. Produk atau jasa harus relative stabil atau
matang dalam rancangan sehingga produksi masal dimungkinkan; jadi, inovasi
bukanlah factor yang penting di sini.
·
Harga
murah untuk keluaran matang
Strategi
margin unit-rendah, volume-tinggi untuk produk/ jasa pada tahap matang (tak
berubah) dalam siklus hidup.
E.
Fokus Operasi
Didalam
bagian sebelumnya, kita membicarakan strategi bisnis dancara-cara menggolongkan
banyak strategi yang ada. Sekarang kita melihat secara lebih mendalam pada
tujuan dasar strategi. Tujuan dari tiap strategi adalah menegakkan dan
mempertahankan kekuatan unik, atau focus, untuk perusahaan yang membawa pada
keberhasilan. Operasi terfokus dapat di kembangkan sebgai bagian dari proses
strategi yang dijelaskan diatas. Seandainya ditetapkan bahwa dua atau lebihyang
berbeda dilayani oleh fasulitas yang sama, maka ini merupakan pertanda adanya
kebutuhan untuk memiliki fasilitas terfokus yang terpisah, atau sebuah pabrik
dalam pabrik. Secara umum, satu fasilitas hanya dapat menunjang satu misi
operasi.Beberapa jenis dari dimensi focus perlu dipertimbangkan. Dimensi ini
meliputi:
a.
Fokus
Produk/Produk Focus
b.
Jenis
proses : proyek, kelompok, lini, atau terus-menerus
c.
Teknologi
d.
Volume
Penjualan
e.
Make
to Order
f.
Produk
baru dan produk mapan
Beberapa Cara
Kehilangan Fokus dapat Terjadi
·
Keluaran
terbaru
Ketidak mampuan untuk menggendalikan
bermacam keahlian yang diperlukan dari tiap lini meyebabkan organisasi
kehilangan focus.
· Atribut baru
Manajemen
menambahkan sebuah corak baru pada keluaran yang bertentangan denga focus
yang sudah ada, atau pasar meminta sebuah corak baru yang tidak dapat dipenuhioleh
perusahaan.
· Tugas baru
Manajemen
mungkin menambahkan tugas baru pada operasi, seperti mengurangi biaya,
menaikkan kualitas, atau meningkatkan keamanan produk.Persyaratan seperti ini
mungkin muncul karena ada peraturan undang-undang baru, perjanjian
kontrak serikat pekrja, atau alasan lain. Akan tetapi permintaan akan
mengkompromikan focus perusahaan yang sudah ada dan mungkin menjadikannya tidak
kompetitif di dalam pasar.
Merumuskan
Strategi Operasi
Menurut
Wheewright dan Hayes dari Harvard, strategi operasidapat menyokong strategi
bisnis melalui salah satu dari peran utama. Perbedaan di antara peranan,
sepertidijabarkan di bawah, terutama adalah keproaktifan operasi di dalam
keseluruhan strategi bisnis perusahaan.
a.
Operasi
sebagai sesuatu yang buruk tetapi diperlukan
Pada tinggkat ini, manajemen puncak
melihat fungsi operasi sebagai keharusan yang patut disayangkan. Niat mereka
adalah meminimumkan dampak negative apa pun yang mungkin dimiliki oleh fungsi
operasi pada strategi bisnis yang sudah ditetapkan sebelumnya. Aktivitas dan
prosedur operasi tetap dibuat fleksibel untuk bereaksi terhadap perubahan
didalam strategi dan kemudian dimonitor melalui sistem pengendalian biaya dan
kinerja yang rinci. Keuntungan dan potensi operasi diabaikan sepenuhnya.
b.
Operasi
berdasarkan diet pemeliharaan
Perusahaan melihat keharusan untuk
membuat operasi tetap kompetitif dengan bagian industry selebihnya.
Sumber daya dialokasikan agar tidak ketinggalan dari pesaing, tetapi
kontribusi potensial dari operasi bagi daya saing perusahaan tetap di abaikan.
c.
Operasi
bersama dengan fungsi-fungsi lain
Operasi, bersama dengan fungsi pemasaran, keuangan, dan
fungs-fungsi lain, secara aktif menyokong strategi bisnis. Strategi operasi
dirumuskan dan diikuti, dan investasi dibuat untuk memastikan bahwa operasi
dapat tetap menyokong strategi bisnis.
d.
Operasi
sebagai senjata kompetitif
Pada tinggkat tertinggi ini, operasi telah menjadi senjata
kompetitif untuk perusahaan. Tidak hanya strategi operasi, tetapi juga
memberikan keuntungan kompetitif bagi organisasi yang merupakan dasar bagi
strategi bisnis.
BAB II
PROSES PRODUKSI
Keputusan mengenai proses produksi menjadi keputusan yang penting
dalam melakukan desain sistem produksi. Proses produksi diatur sesuai dengan
keinginan dan keadaan prusahaan,dengan memilih dari berbagai alternatif proses
produksi sebagai berikut:
a.
Secara
umum,terdapat dua jenis proses produksi :
Pertama,sistem
Produksi Intermiten
Sistem prosuksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat tidak
terus menerus, berkelanjutan dan menggunakan pola mulai selesai.
Artinya,kepastian mengenai kapan memulai proses produksi dan kapan
menyelesaikan proses produksi jelas. Terdapaat dua jenis pola produksi yang
menggunakan sistem intermiten :
1.
Produksi
massal ( mass production)
Umumnya
berlaku pada prusahaan manufaktur. Dilakukan melalui standar produksi tertentu,
prosedur tertentu dan jumlah unit produk tertentu yang secara rutin diproduksi.
2.
Pilihan
masal (mass customization)
Bahwa produk yang dihasilkan oleh prusshaan memberikasn keleluasaan
kepada konsumen untuk memilih sesuai selera dan daya beli masing-masing.
Perusahaan memproduksi variasi produk yang lebih banyak,seperti HP,Komputer.
Kedua,sistem
proses produksi yang terus menerus
Sistem produksi dimana pengelolaan kegiatan produksi bersifat terus
menerus dan untuk jangka waktu yang relatif panjang kemudian disimpan dalam
gudang, disalurkan ke penyalur dan dijual kepada konsumen. Contoh perusahaan
manufaktur seperti perusahaan kimia, minyak bumi dan tambang, sedangkan
perusahaan jasa seperti ttransportasi transportasi yang terus menerus
memberatkan penumpang dari terminal.
b.
Proses
produksi Pelayanan
1.
Produksi
yang standar
Proses
produksi yang didasarkan pada standar perusahaan. Standar tersebut di desain
dari informasi konsumen. Konsemen membeli sebagaimana barang yang
distandardisasikan tersebut.
2. Produksi menurut pesanan
Proses
produksi dilakukan untuk membuat barang sebagaimana yang dipesan oleh konsemen.
Jadi bentuknya tidak distandardisasikan tetapi sangat bervariasi.
c.
Sifat
dan Teknis Produksi
Teknik produksi pada perusahaan manufaktur ada beberapa jenis
yaitu:
a)
Proses
Ekstraktif merupakan proses produksi yang haanya mengambil dari alam dan sudah
terjadi produksi akhir, misalnya emas, batu bara, dan sebagainya.
b)
Proses
Analitis merupakan kegiatan produksi yang memisah misahkan bahan alam menjadi
produk akhir, misalnya minyak, semen dan sebagainya.
c)
Proses
sintetis merupakan kegiatan produksi dengan mencampur bahan-bahan kemudian
diolah menjadi produk akhir, misalnya makanan, minuman, dan obat-obatan.
d)
Proses
Pengubahan yaitu kegiatan produksi dengan mengubah bahan baku menjadi produk
akhir, misalnya elektronik.
BAB
III
PENJADWALAN
( SCHEDULING)
A.
Definisi
Penjadwalan
merupakan pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan mencakup
kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi suatu
kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi. Dalam
hierarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum
dimulainya operasi. Tujuan penjadwalan untuk meminimalkan waktu proses, waktu
tunggu langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari
fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan.
Penjadwalan
didefinisikan sebagai pengaturan waktu dari suatu kegiatan yang mencakup
kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan atau tenaga kerja bagi suatu
kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi. Penjawalan
juga dapat diartikan sebagai proses pengalokasian sumber-sumber guna
melaksanakan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.
Berbagai
teknik dapat diterapkan untuk penjadwalan. Teknik yang digunakan tergantung
dari volume produksi, variasi produk, keadaan operasi, dan kompleksitas dari
pekerjaan sendiri dan pengendalian yang diperlukan selama proses. Beberapa
teknik yang sering digunakan antara lain Gantt Chart, metode penugasan dan
metode Johnson.
Kebanyakan
perusahaan menyelesaikan pekerjaan secara bersamaan, karena itu perlu
menggabungkan beberapa jadwal kerja. Penggabungan ini dimungkinkan apabila
tanggal penyerahan atau selesai untuk setiap pekerjaan dapat diketahui dan
seluruh penggabungan tersebut akan dilaksanakan oleh setiap bagian proses
sepanjang periode yang direncanakan. Proses penggabungan ini disebut
Penjadwalan ( scheduling ) dan hasilnya secara sederhana disebut jadwal (
schedule ) atau jadwal produksi ( production schedule ) secara keseluruhan.
Salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan efisiensi dalam unit operasi
adalah kemampuan untuk menyusun jadwal secara efektif.
Namun
dalam menyusun jadwal secara efektif terdapat beberapa kesulitan, yaitu :
1.kesulitan dalam mengidentifikasi
tujuan dari jadwal yang sedang dilaksanakan
2.jumlah yang sangat besar dari
jadwal yang mungkin
Untuk
mengurangi masalah yang timbul dari penjadwalan dapat dilakukan cara sebagai
berikut :
a.
mengurangi
jumlah variasi produk
b.
mengurangi
jumlah variasi komponen
c.
melaksanakan
perluasan kerja
d.
mengadakan
sub kontrak
e.
mengurangi
unit organisasi
f.
meningkatkan
disiplin kerja
g.
lokasi
kerja dekat dengan daerah pemasaran
B.
Metode Penjadwalan
Beberapa
metode yang yang dapat digunakan dalam menyusun jadwal adalah sebagai berikut :
1.
Metode
Jalur Kritis ( critical path method )
Metode ini lebih cocok untuk
penjadwalan pekerjaan proyek yang memiliki kegiatan awal dan kegiatan akhir.
2.
Pendekatan
cabang dan batas ( branch and bound approach )
Metode ini banyak digunakan untuk
membuat jadwal produksi kelompok dan disajikan dalam bentuk pohon dengan cabang
– cabangnya.
3.
Lini
keseimbangan ( line of balancing )
Metode ini efektif digunakan untuk
pembuatan jadwal proyek atau jadwal produksi untuk unit tunggal yang
menggunakan system rakitan, seperti pembuatan kursi jok.
4.
Metode
Perencanaan Kebutuhan Bahan (material requirement planning)
Metode ini telah banyak digunakan
dalam penyelesaian proyek industri, mulai dari pembangunan rumah sederhana
hingga gedung pencakar langit.
5.
Metode
Tepat Waktu ( just in time )
Metode ini merupakan system produksi
yang dikembangkan oleh Jepang dan terbukti berhasil untuk pekerjaan produksi
massa dan berulang dengan pengendalian yang lebih ketat.
6.
Metode
Teknologi yang dioptimalkan ( optimized production technology )
Metode ini merupakan metode yang
relatif baru dan didukung oleh perangkat lunak komputer.
C.
Fungsi Penjadwalan
Penjadwalan
produksi memiliki beberapa fungsi dalam sistem produksi, aktifitas fungsi
tersebut adalah:
1.
Loading
(pembebanan) bertujuan mengkompromikan antara kebutuhan yang diminta dengan
kapasitas untuk mementukan fasilitas, operator dan peralatan.
2.
Sequencing
(Penentuan urutan) bertujuan membuat prioritas urutan pengerjaan dalam
pemrosesan order-order yang masuk.
3.
Dispathing,
pemberian perintah-perintah kerja ketiap mesin atau fasilitas lainnya.
4.
Pengendalian
kinerja penjadwalan
5.
Updating
schedule, pelaksanan jadwal selalu ada masalah baru yang berbeda dalam proses
pembuatan jadwal.
D.
Parameter Pembatas Kapasitas
Input
tersebut harus dilengkapi dengan parameter pembatas kapasitas, yaitu:
1.
Teknologi
pemrosesan (urutan aktifitas)
2.
Limit
Kapasitas (kapasitas normal dan kemampuan maksimal)
3.
Rencana
Agregrat untuk :
a.
Persediaan
b.
Jumlah
tenaga kerja
c.
Batasan
lembur, subkontrak,dll.
4.
Kebutuhan
pemeliharaan
5.
Kelayakan
dan jumlah persediaan antar tingkat
E.
VAriabel Keputusan
Variabel
keputusan dalam penjadwalan produksi dalam penyiapan, pengendalian, updating
jadwal memuat:
1.
Kuantitas
pasti dari tenaga kerjayang digunakan harian.
2.
Setting
adjustable tingkat produksi aktual untuk overtime dan undertime.
3.
Alokasi
spesifik dari permintan ke sumber daya (tenaga kerja, mesin, dll).
4.
Urutan,
time phasing, dari pesanan sampai unit produksi.
F.
Macam Penjadwalan Produksi
Macam
Penjadwalan Produksi terdapat dua macam tipe produksi yaitu :
1.
Job
shop adalah proses pengurutan untuk lintasan produk yang tidak beraturan.
Secara umum penjadwalan job shop dikenal dengan sekumpulan mesin-mesin dan
sekumpulan pekerjaan yang akan dijadwalkan
2.
Flow
shop adalah proses penentuan urutan pekerjaan yang memiliki lintasan produk
yang sama. Model flow shop operasi dari suatu pekerjaan hanya dapat bergerak
satu arah yaitu dari proses awal sampai dengan proses akhir, diantara
proses-proses tersebut tidak memungkinkan untuk kembali ke proses sebelumnya
Sedangkan
metode penjadwalan sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Metode
CDS
Adalah sebuah cara heuristic yang
memakai aturan johson dan menghasilkan beberapa jadwal yang dapat dipilih
sebagai alternatif.
2.
Metode
SPT
Adalah urutan pekerjaan dipilih
berdasarkan waktu proses yang paling singkat.
BAB IV
PEMBERIAN
PERINTAH ( DISPATCHING )
A.
PEMBERIAN PERINTAH
Perintah
adalah suatu instruksi resmi dari seorang atasan kepada bawahan untuk
mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu,guna merealisasi tujuan
perusahaan.
Ada
batasan yang digunakan ,ada empat unsur suatu perintah ,yaitu :
a.
Instruksi
resmi,
b.
Dari
atasan kepada bawahan,
c.
Mengerjakan
atau tidak mengerjakan,
d.
Merealisasi
tujuan perusahaan.
Unsur
diatas tersebut menyatu,apabila salah satu unsur tidak terpenuhi maka itu
bukanlah dikatakan sebagai perintah.
Suatu
perintah adalah instruksi resmi ,baik berbentuk lisan maupun tulisan. Perintah
dikatakan resmi apabila yang mengeluarkan perintah itu adalah orang yang
mempunyai wewenang untuk melakukan itu. Yang dimaksud dengan mempunyai wewenang
ialah bahwa bilamana bawahan tidak melaksanakannya, maka orang yang
mengeluarkan perintah itu dapat melakukan tindak sanksi. Sanksi disini memiliki
pengertian sebagai akibat dari sebuah kesalahan yang dilakukan oleh bawahan.
Suatu
perintah harus datang dari pihak atasan kepada bawahan tidak boleh sebaliknya.
Bawahan yang diperintah ini haruslah bawahan atasan yang bersangkutan ,tidak
boleh bawahan dari atasan yang lain, kecuali dalam sistem organisasi
fungsional. Sebagai wewenang atau hak khusus , maka dia mempunyai kekuatan
sanksi ,wewenang tanpa sanksi tidak ada gunannya. Sanksi dapat berupa
perpindahan pegawai, pemberhentian sementara pegawai bahkan dapat pula berupa
pemberhentian atau pmecatan pegawai itu sendiri. Perintah atasan kepada bawahan
haruslah ada kemungkinan pelaksanaannya. Kemungkinan pelaksanaan itu ditentukan
oleh faktor- faktor pendidikan,pengalaman, waktu,alat alat serta keadaan
bawahan dan tempatnya.
Kepemimpinan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan
mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau
keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai
tujuan organisasi atau kelompok.
Pembatasan
mengenai pimpinan itu merupakan orang yang mendapatkan hasil melalui bawahannya.
Pengrealisasian hasil tersebut adalah dengan memberikan perintah kepada bawahan
untuk mengerjakan atau untuk tidak mengerjakan sesuatu.
perintah
haruslah jelas bagi penerima perintah ,supaya yang dilaksanakannya sesuai
dengan yang diperintah kepadannya.
Salah
satu unsur penting dari suatu perintah ialah bahwa perintah itu mempunyai
tujuan akhir merealisasi tujuan perusahaan.
Perintah
merupakan salah satu cara mengkoordinasikan segala tindakan dalam perusaan agar
segala macam kegiatan itu mempunyai suatu arah yang sama, yakni tujuan
perusahaan.
B.
TUJUAN PEMBERIAN PERINTAH
Dalam
melaksanakan suatu tugas ,hal utama yang harus diperhatikan adalah tujuan dari
kegiatan itu. Begitu pula dalam memberi perintah kepada bawahan ,tidak boleh
sewenang wenang ,ambil lalu,atau iseng iseng. Memberi perintah kepada bawahan
haruslah benar benar merealisasi tujuan perintah itu. Dan harus ada keyakinan
padanya bahwa dengan pemberian perintah itu benar benar tujuan perintah
dapat menjadi kenyataan.
Tujuan
utama dalam pemberian perintah oleh atasan kepada bawahan ialah untuk
mengkoordinasi kegiatan bawahan, agar kegiatan masing masing bawahan yang
beraneka ragam itu terkoordinasi kepada suatu arah ,yaitu arah tujuan
perusahaan. Jadi dengan pemberian perintah itu,kegiatan kegiatan bawahan yang
menyimpang dari rel diarahkan kepada relnya, atau bawahan yang memliki masalah
kerja seperti kerjannya lamban, dalam kegiatannya dibimbing untuk menambah
kegiatannya, dan untuk menjalankan bawahan agar tidak sering berhenti dalam
kinerjannya.
Dengan
pemberian perintah itu,pemimpin bermaksud menjamin hubungan baik antara
pemimpin dengan para bawahannya. Memerintah bawahan adalah salah satu alat
untuk berkomunikasi antara pemimpin dengan bawahan. dengan memberi perintah
kepada bawahan ,pemimpin menyalurkan ide idenya sedemikian rupa,krasi dan
arahan sehingga bawahan mengerti kemana kegiatan harus ditujukan.
Selain
itu juga pemberian perintah bertujuan untuk memberikan pendidikan ,kegiatan ini
harus berhubungan erat dengan maksud menambah pengetahuan bawahn yang menerima
perintah tersebut.
Realisasi
tujuan perusahaan adalah maksud dari pemberian perintah ,agar semua dapat
terwujud semua berhubungan erat dengan pengawasan .apa yang
diperintahkan oleh atasan kepada bawahan haruslah diawasi, agar perintah itu
benar benar dilaksanakan oleh bawahan yang bersangkutan tertuju kepada
realisasi tujuan perusahaan.
C.
JENIS JENIS PERINTAH
Jenis
perintah bisa berupa lisan maupun tulisan. Jenis perintah yang berupa lisan
apabila :
a.
Tugas
yang diperintahkan itu merupakan tugas yang sederhana ,
b.
Dan
dalam keadaan darurat
Keadaan
yang dipergunakan dalam pemberian perintah yang berupa lisan juga dalam hal
sebagai berikut :
·
Bawahan
yang diberi perintah sudah pernah mengerjakan perintah
· Perintah itu dapat selesai dalam waktu singkat
· Apabila dalam mengerjakan tugas itu ada kekeliruan ,tidaka akan
membawa akibat yang besar
·
Apabila
bawahan yang diperintah dalam buta huruf
Meskipun
pemakaian perintah lisan itu adalah terbatas, tetapi harus dinyatakan bahwa
perintah lisan mengandung beberapa sifat kebaikan sebagai berikut :
a.
Tidak
membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkannya.
b.
Mempunyai
kemungkinan untuk menjelaskan hal hal yang kurang jelas
c.
Dapat
dipergunakan kepada orang banyak.
Kekurangan
yang utama dari perintah lisan adalah bahwa dia tidak begitu dipersiapkan atau
direncanakan. Tambahan pula perintah lisan itu terlalu fleksibel.
Jenis
kedua dari pemberian perintah adalah yang berbentuk tertulis. Meskipun telah
dinyatakan bahwa hampir tidak ada penulis yang menolak pemakaian atau
pengguanaan perintah lisan ,namun pada umumnya mereka lebih condong untuk
menganjurkan penggunaan perintah tertulis .kebaikan dari perintah tertulis
adalah sebagai berikut :
a.
Perintah
tertulis dapat mudah diperiksa guna memelihara kebenaran
b.
Adanya
perintah tertulis menyebabkan orang yang menerima perintah mengetahui benar
tanggung jawabnya
c.
Perintah
tertulis merupakan cara terbaik untuk menjamin persamaan dan keserupaan
pelaksanaan diseluruh unsur organisasi.(john Robert beishline,op. cit,p.260)
Adapun
keburukan dari perintah tertulis ,yakni memakan waktu, menelan biaya dan
mengandung infleksibilitas.
Adapun
perintah tertulis dapat diberikan dalam hal hal sebagai berikut :
a.
Pada
pekerjaan yang ruwet, memerlukan keterangan detail, angka angka pasti yang
teliti.
b.
Bila
pegawai yang diperintah berada ditempat lain
c.
Jika
pegawai yang diperintah memiliki keterbatasan dalam mengingat,atau pelupa
d.
Jika
tugas yang diperintah itu berlangsung dari suatu bagian ke bagian lain
e.
Jika
dalam pelaksanaan perintah itu, kesalahan yang terjadi dapat menimbulkan akibat
yang besar.
Pemberian
perintah digolongkan berdasarkan macam macam situasi maupun penerima
perintah,sebagai berikut :
1.
Jenis
demand, hendaknya dihindarkan ,kecuali dalam keadaan darurat atau luar biasa.
Perintah semacam ini dapat memperoleh tindakan yang segera dari pada pegawai
yang luntur semangatnya.dalam keadaan yang normal pemberian perintah semacam
ini hanya akan menimbulkan suasana yang tegang.
2.
Jenis
request, sering diberikan dalam situasi kerja normal. Perintah semacam ini akan
lebih berhasil jika diberikan kepada pegawai pegawai yang berpengalaman atau
kepada pegawai pegawai yang mudah tersinggung.
3.
Jenis
suggestion, kerapkali diberikan untuk mendorong timbulnya inisiatif, pula dalam
hal kita menghadapi pegawai pegawai yang kompeten dan pegawai pegawai yang
segera mau menerima tanggung jawab.
4.
Jenis
volunter, sering diberikan untuk tugas tugas dimana pegawai pegawai biasanya
enggan untuk melaksanakannya ,misalnya tugas tugas pada waktu pegawai sedang beristirahat.
D.
PRINSIP PRINSIP PEMBERIAN PERINTAH
a.
Perintah
harus jelas
Salah satu kesalahan umum dalam
memberikan perintah ialah anggapan bahwa perintah yang diberikan sudah cukup
jelas. Ini karena perintah tidak diberikan secara teratur, dierikan secara tergesa
gesa atau sambil lalu. Perintah pada umumnya adalah perintah yang diberikan
secara lisan .perintah tertulis pada umumnya sudah dipersiapkan lebih dahulu
sehingga perintah yang demikian lebih jelas dari pada perintah secara
lisan.banyak sekali kemungkinan belum begitu jelas bagi si penerima
perintah,hal ini disebabkan oleh kedua sebab utama ,yaitu :
1.
Kesukaran
kesukaran dalam penggunaan kata kata yang berwayuh arti.
2.
Perhatian
yang setengah setengah.
Karena
syarat suatu pemberian perintah harus jelas bagi penerima perintah
yang bersangkutan.suatu perintah adalah jelas ,bilaman perintah tersebut
memenuhi enam elemen sebagi berikut :
·
Mengapa,
suatu perintah harus mengandung pemberian alasan dari pengeluaran pertimbangan
pertimbangan sendiri dan ini dapat mengurangi salah paham dan keengganan untuk
melaksanakannya.
· Siapa, perintah itu haruslah diberikan kepada orang yang tepat
mengingat pengalaman dan pengetahuan yang cakap dalam melaksanakan tugas itu.
· Apa, perintah itu harus mengandung penjelasan apa yang harus
dilakukan dengan kata kata yang mudah dimengerti.
· Bilamana.
· Dimana, menuntut dari suatu perintah pemberian penjelasan tentang
dimana bahan bahan dan alat ditemukan ,dimana tugas harus
dikerjakan.
· Bagaimana, menuntut penjelasan tentang segala sesuatu yang
menyangkut soal tugas yang diberikan itu sejelasnya sehingga penerima perintah
telah menerima fakta fakta yang cukup untuk melaksanakan tugas tugas yang
diserahkan kepadannya.
b.
Perintah
diberi satu persatu
Banyak kesalahan yang terjadi
apabila dalam praktiknya yaitu pemberian perintah yang terlalu banyak pada
suatu saat yang sama. Perintah yang terlalu banyak diberikan pada waktu yang
sama , memberikan kesan yang tidak baik bagi penerima perintah. Adalah lebih
tepat jika perintah diberikan satu persatu, bahkan walaupun perintah itu
mempunyai pertalian yang erat satu sama lain. Sehubungan dengan ini ,maka suatu
perintah janganlah terlalu detail,harus mengandung unsur fleksibilitas dengan
maksud agar inisiatif bawahan dapat dihidupkan.
c.
Perintah
harus positif
Kesalahan yang sering terjadi yaitu
akibat dari pemberian perintah yang negatif. Memberikan perintah dengan memulai
kata” jangan” dapat menimbulkan salah pengertian bagi penerima perintah
tersebut. Dalam memberikan perintah ,sebaiknya tidak mempergunakan perintah
yang negatif. Sebab dengan memberikan perintah positif ,tegas, dan jelas apa
yang harus dikerjakan oleh bawahan.
d.
Perintah
harus diberikan kepada orang yang tepat
Perintah haruslah diberikan kepada
orang yang mengingat pengetahuan dan pengalamannya sanggup melaksanakan tugas
itu. Sesungguhnya bukan saja tergantung kepada pengetahuan dan pengalamannya,
tetapi juga pada kecukupan waktu serta peralatan yang tersedia untuk
menyelesaikan tugas tersebut. Kecukupan waktu harus dihubungkan kepada tugas
yang sudah diberikan sebelumnya. Unsur diman ‘siapa’ yang menerima perintah
adalah sangat menunjang hal ini ,karena unsur ini yang mendapat tekanan,jadi
suatu perintah harus diberikan kepada the right man.
e.
Perintah
harus erat dengan motivasi
Setelah orang bekerja pada
umumnyamendapatkan balas jasa yang bersifat material, tetapi bilamana motivai
hanya bersifat material saja, maka ada kecenderungan kendornya semangat kerja
petugas. Ketiga macam kebutuhan atau motivasi haruslah didapat oleh seorang
petugas agar ia mau mencurahkan tenaganya kepada pelaksanaan pekerjaannya.dalam
memerintah bawahan ,perintah tidak akan efektif ,bila perintah itu tidak
dihubungkan dengan masalah pemberian motivasi.
f.
Perintah
satu aspek berkomunikasi.
Perintah adalah salah satu alat
berkomunikasi dengan seorang pemimpin kepada bawahan. sebagai alat
berkomunikasi , maka pemimpin harus sanggup menyusun perintah sedemikian rupa
agar berkenan di hati bawahannya dan ia mau mengerjakannya.meskipun tugas
pemberian perintah adalah tugas atasan, namun perintah itu tidak boleh sewenang
wenang .perintah tidak boleh sekedar menunjukan kekuasaan saja, selain harus
berhubungan untuk merealisasi tujuan perusahaan, ia tidak boleh bertentangan
dengan norma kesusilaan dan kemanusiaan.
BAB
V
TINDAK
LANJUT ( FOLLOW UP )
Proses terakhir dalam pelaksanaan
pemeriksaan yang juga merupakan elemen penting dalam pelaksanaan pemeriksaan
adalah tindak lanjut hasil temuan pemeriksaan (follow up).
Menurut Hiro Tugiman menyebutkan
bahwa : “tindak lanjut (follow up) diartikan sebagai suatu proses untuk
menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan
yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang
dilaporkan.
Rekomendasi yaitu: saran auditor
untuk mengatasi resiko atau untuk mengatasi masalah yang ada. Hubungan antara
rekomendasi dan penyebab yang mendasarinya haruslah jelas dan logis.
Rekomendasi harus secara tepat mengarah kepada apa yang harus diperbaiki atau
di ubah dan siapa yang bertanggungjawab melakukannya.
Menurut Sukrisno Agoes,
mengemukakan: “Management Audit, disebut juga operasional audit, fungsional
audit, sistem audit adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu
perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut
sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.”
Rekomendasi dibuat agar berbagai hal
yang dilaporkan sebagai temuan audit dapat dipecahkan secara tepat waktu. Suatu
perusahaan dinilai baik apabila rekomendasi yang diberikan oleh auditor
manajemen ditindaklanjuti oleh manajemen dan dilaksanakan oleh auditee. Dalam
pelaksanaannya, auditor manajemen diharuskan untuk memantau dan meyakini apakah
tindakan korektif telah dilaksanakan dan memberikan hasil yang diharapkan.
Menurut SPAI Standar Kinerja
2510 tentang Penyusunan Prosedur Tindak Lanjut, yaitu: “Penanggungjawaban
fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak lanjut untuk memantau dan
memastikan bahwa manajemen telah melaksanakan tindak lanjut secara efektif,
atau menanggung resiko karena tidak melakukan tindak lanjut.”
Audit manajemen juga berperan dalam
membantu mengefektifkan realisasi anggaran perusahaan, karena tindakan
preventif (pengelolaan dan pengendalian resiko) yang diambil atas permasalahan
yang ditemukan oleh audit manajemen pada auditable unit akan memudahkan para
pelaksana dalam melakukan actual performance sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan. Anggaran (target) yang terealisasi dengan baik dan sesuai merupakan
salah satu bentuk indikator bahwa tujuan perusahaan telah tercapai. Untuk itu,
pelaksanaan proses tindak lanjut rekomendasi atas audit manajemen yang efektif
oleh manajemen (auditee) akan memberikan pengaruh yang cukup besar bagi
perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Menurut Hiro Tugiman,
menyatakan bahwa: “Pemeriksa Internal harus terus-menerus meninjau dan
melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan
pemeriksaan yang dilaporkan sudah dilakukan tindakan yang tepat.”
Meskipun laporan telah diterbitkan,
tidaklah berarti bahwa tahapan audit yang telah dilaksanakan telah selesai.
Pemantapan dan evaluasi terhadap tindakan-tindakan perbaikan objek pemeriksaan
berdasarkan rekomendasi yang diberikan sangat penting dalam audit manajemen.
Audit akan kurang bermanfaat apabila
hasil temuan dan rekomendasi yang ada tidak ditindaklanjuti oleh pihak dari
objek pemeriksaan. Masalah tindak lanjut ini tidak akan terlepas dari
pelaksanaan tahap audit sebelumnya. Temuan yang tidak tuntas dibicarakan,
termasuk rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek pemeriksaan akan sangat
berpengaruh terhadap kelancaran tindak lanjut. Tindak lanjut ini harus mencakup
penentuan kelayakan tindakan yang akan diambil oleh auditee dalam
mengimplementasikan rekomendasi.
Auditor juga harus menetapkan suatu
prosedur tindak lanjut untuk memonitor dan meyakinkan bahwa tindakan manajemen
telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan rekomendasi atau manajemen yang
bersangkutan menerima resiko apabila tidak menindaklanjuti rekomendasi
penugasan audit
Sementara itu, sektor jasa pada saat
ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada perusahaan jasa,
kualitas pelayanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
perusahaan, karena kualitas pelayanan jasa merupakan sumber utama perusahaan
dalam mendatangkan keuntungan.
Sedangkan pengertian jasa menurut
William J. Stanton adalah sebagai berikut:“Jasa adalah sesuatu yang dapat
diidentifikasi secara terpisah, tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi
kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda tidak berwujud.”
Perusahaan berusaha memberikan
manfaat ataupun pelayanan tambahan dari produknya (jasa) sehingga diharapkan
produknya (jasa) dapat lebih memuaskan konsumen, dengan cara meningkatkan
kualitas pelayanan jasa menjadi lebih tinggi.
Menurut Fandi Tjiptono menyatakan bahwa: “Kualitas memiliki hubungan
yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada
pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam
jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan
seksama mengenai harapan dan kebutuhan pelanggan.”
Pengertian kualitas menurut Zulian
Yamit adalah sebagai berikut: “Kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan
dan keinginan konsumen.”
Sedangkan pengertian pelayanan jasa
menurut Zulian Yamit adalah: “Pelayanan jasa adalah sekelompok manfaat yang
berdaya guna baik secara eksplisit maupun implisit atau kemudahan untuk
mendapatkan barang maupun pelayanan jasa.”
Dengan demikian perusahaan dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara meminimumkan atau meniadakan
pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Jadi pada gilirannya kepuasan
pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas kepada perusahaan yang
memberikan kualitas memuaskan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa untuk mempertahankan kontinuitas perusahaan diperlukan adanya peningkatan
kualitas pelayanan jasa yang lebih terarah. Sehingga perusahaan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan jasa agar lebih unggul dan mampu bersaing
dengan tingkat perusahaan sejenisnya, serta dapat memberikan pelayanan yang
berkualitas.
BAB
VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
· Strategi
operasi terdiri dari empat komponen: mis, tujuan, keunggulan khusus, dan
kebijakan. Keempat komponen ini membantu menegaskan tujuan apa yang dicapai dan
bagaimana akan mencapai tujuan itu. Hasil strategi akan membantu mengarahkan
dalam pengambilan keputusan pada seluruh tahap operasi.
· Keputusan
mengenai proses produksi menjadi keputusan yang penting dalam melakukan desain
sistem produksi. Proses produksi diatur sesuai dengan keinginan dan keadaan
prusahaan,dengan memilih dari berbagai alternatif proses produksi.
· Penjadwalan
merupakan pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan mencakup
kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi suatu
kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi. Dalam
hierarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum
dimulainya operasi. Tujuan penjadwalan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu
langganan, dan tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari
fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan.
· Perintah
adalah suatu instruksi resmi dari seorang atasan kepada bawahan untuk
mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu,guna merealisasi tujuan
perusahaan.
· Menurut
Hiro Tugiman menyebutkan bahwa : “tindak lanjut (follow up) diartikan sebagai
suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari
berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan
pemeriksaan yang dilaporkan.
B.
Kritik
dan Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri,
Sofjan, “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2004”, Lembaga Penerbit
FE-UI, Jakarta, 2004
Hasibuan,
H. Malayu, SP, Drs, “Dasar, Pengertian, dan Masalah” , Edisi Revisi Cetakan
Ketiga, PT.Bumi Aksara, 2004
Suardi,
Rudi, “Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000”, Penerbit : PPM, Jakarta, 2004
Sucofindo,
“Pengenalan Konsep Manajemen Mutu”, Bandung, 2001
0 Comments:
Posting Komentar