BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sastra pada dasarnya
merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi (dalam
Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan
kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra,
pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2). Jenis sastra ada
tiga, yaitu, prosa, drama, dan puisi. Untuk dapat
memahami sebuah karya sastra dengan baik, pembaca harus memiliki pengetahuan
tentang fungsi dan unsur-unsur karya sastra yang dibacanya.
Sebelum mengenal
karya sastra alangkah baiknya kita mengetahui dahulu definisi karya sastra.
Sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu susastra, su artinya baik atau
indah dan sastra artinya tulisan. Jadi susastra artinya tulisan yang indah,
tapi bukan bentuk tulisannya yang indah seperti kaligrafi. Yang dimaksud disini
adalah isi kata-katanya yang indah dan menggugah hati pembaca sehingga emosi
pembaca larut dalam tulisan yang dibacanya. Karya sastra adalah karya rekaan
penulis berdasarkan sudut pandangnya, pengalamannya, wawasan imu
pengetahuannya, apa yang dilihatnya dan suasana hatinya. Jadi karya
sastra adalah karya imajinasi penulis yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa itu prosa?
b.
Apa itu puisi?
c.
Apa itu drama?
C.
Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu mengetahui hal-hal dalam menulis karangan, seperti:
1. Prosa
2. Puisi
3. Naskah drama
BAB II
PEMBAHASAN
Prosa
A. Pengertian Prosa
Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita
yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi.
Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari. Prosa berbeda
dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih
besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa
berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus
terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan
suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar,
majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
B.
Jenis-jenis
Prosa
Prosa biasanya
di bagi menjadi 4 jenis:
1.
Prosa naratif
2.
Prosa
deskriptif
3.
Prosa eksposisi
4.
Prosa argumentative
a)
Prosa Naratif
Prosa naratif adalah karangan yang menceritakan suatu
kejadian (fiksi/nonfiksi)
berdasarkan urutan waktu (kronologis).
Contoh :
Gempa Bumi
Telah terjadi
gempa bumi di daerah Surabaya, Jawa Timur dini hari tadi. Kejadian ini
menimbulkan kepanikan bagi warga di sekitarnya yang sedang tertidur lelap.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini tetapi beberapa rumah warga mengalami
keretakan di dinding rumahnya.
b)
Prosa Deskriptif
Prosa
deskriptif adalah karangan yang menggambarkan sesuatu (benda, tempat, suasana,
karakter dan peristiwa) sehingga mendapatkan gambaran jelas seolah telah
melihat/mengalaminya sendiri.
Contoh :
Pantai
Pangandaran
Pantai
pangandaran berada di kabupaten ciamis, jawa barat. Pantainya sangatlah bersih
dan nyaman bagi para turis yang datang. Kita berenang dan menikmati hembusan
angin pantai serta sara ombak yang sangatlah indah. Tak jauh dari pantai
terdapat suatu cagar alam yang dishuni abnyak sekali hewan disana kita dapat
melihat langsung berbagai satwa yang berkeliaran bebas. Kita juga dapat memberi
mereka makan.
c)
Prosa Eksposisi
Prosa eksposisi
adalah karangan yang memaparkan/menjelaskan bertujuan mendapatkan informasi (5
W + 1 H).
Contoh :
Manfaat Pohon
Kelapa
Ternyata pohon
kepala sangatlah banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia dari satu pohon
kelapa tidak ada yang terbuang sia-sia. Selain buahnya yang dapat kita makan
dan airnya yang bisa menyegarkan dahaga kita, selain itu daunya dapat kita
pakai untuk bungkus ketupat, lidinya dapat kita manfaatkan untuk sapu supaya
perkarangan rumah kita bersih. Selain itu batangnya dapat kita jadikan sebagai
pondasi rumah bahkan akarnya dapat kita jadikan sebagai kerajinan ukiran yang
sangatlah indan dan mempunyai nilai ekonomis tinggi.
d)
Prosa Argumentatif
Prosa
argumentatif adalah karangan yang berisi opini/pendapat disertai alasan, bukti
yang logis/akurat supaya dapat diterima.
Contoh :
Narkoba
Di zaman modern
ini banyak sekali remaja yang terjerat ke dalam lubang hitam narkoba. Padahal
sudah jelas kalau narkoba adalah barang yang sangatlah berbahaya bagi hidup
mereka karena di dalam narkoba terdapat zat adiktif yang sangat berbahaya bagi
organ tubuh manusia. Banyak korban yang berjatuhan akibat barang haram itu
harusnya para remaja di bekali pengetahuan terhadap narkoba dari keluarga,
sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya agar korban akibat narkoba dapat
di kurangi.
C. Prosa lama dan Prosa baru
1) Prosa lama
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat
pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan
kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa
daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya
yang sangat erat dengan sastra Indonesia.
Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan.
Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan
setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu
mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah
babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Prosa lama mempunyai bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Hikayat, bentuk sastra
lama yang berisi cerita kehidupan para dewa, peri, pangeran atau putri
kerajaan, serta raja-raja yang mempunyai kehidupan luar biasa dan gaib.
b. Sejarah atau tiambo, salah
satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah
yang pernah terjadi.
c. Dongeng. bentuk sastra
lama yang bercerita tentang sesuatu kejadian yang luar biasa dan penuh
khavalan, tentang dewa-dewa, peri-peri, putri-putri cantik, dan sebagainya.
Fungsi dongeng haruslah sebagai penghibur. Oleh karena itu, dongeng disebut
juga cerita pelipur lara.
2)
Ciri-ciri Prosa Lama
a. Statis
Kalau kita baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama, pola-pola kalimatnya sama, malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema ceritanya pun sama.
Kalau kita baca Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Bangsawan, dan prosa lama yang lain, bentuknya selalu sama, pola-pola kalimatnya sama, malahan banyak kalimat dan ungkapan sama betul, tema ceritanya pun sama.
b. Diferensiasi
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.
c. Tradisional
Prosa lama memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang-ulang.
Prosa lama memiliki pola-pola bentuk yang dijadikan transisi. Kalimat-kalimat dan ungkapan-ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di dalam satu cerita juga sering diulang-ulang.
d. Terbentuk oleh masyarakat
dan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Kebanyakan hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.
Kebanyakan hasil sastra dalam kesusastraan lama tidak diketahui siapa pengarangnya. Kalau dicantumkan suatu nama, itu hanya nama penyadur dan bukan nama pengarang yang sebenarnya. Sebab cerita lama itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun.
3)
Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul
setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak
pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20.
Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi
atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:
a)
Roman adalah
cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap
adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur
bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari
pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh:
karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar
Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam
b)
Riwayat adalah
suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri
(otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa
atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr.
B.I Habibie atau Ki hajar Dewantara.
c)
Otobiografi
adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
d)
Antologi adalah
buku yang berisi kumpulan karya terpilih beberapa
orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
e)
Kisah adalah
riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian
mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke
Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
f)
Cerpen adalah
suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku,
tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan
Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus.
g)
Novel adalah
suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang
luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB.
Mangunwijaya.
h)
Kritik adalah
karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan
memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yangs sifatnya objektif dan menghakimi.
i)
Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan
suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca
mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan,
dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu
tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
j)
Esei adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara
sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa
hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni,
fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi
penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
D.
Prosa menurut
isinya
Menurut
Isinya Prosa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Prosa
Fiksi dan Prosa Non Fiksi
a. ProsaFiksi
Prosa
yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak
sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi
sugestif/imajinatif.
b. Prosa Non Fiksi
Prosa
Non Fiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang
tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi faktual (kenyataan) atau berdasarkan
pengamatan pengarang. Prosa nonfiksi disebut juga karangan semi ilmiah seperti
: artikel, tajuk rencana, opini, biografi, tips, reportase, jurnalisme baru,
iklan, pidato.
1. Artikel ialah karangan yang berisi uraian atau
pemaparan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Isi
karangan bersumber pada fakta bukan sekedar realita
b. Bersifat
faktual dengan mengungkapkan data-data yang diketahui pengarang bukan yang
sudah umum diketahui (realita)
c. Uraian
tidak sepenuhnya merupakan hasil pemikiran pengarang, tapi mengungkapkan fakta
sesuai objek atau narasumbernya.
d. Isi artikel
dapat memaparkan hal apa saja seperti, pariwisata, kisah perjalanan, profil
tokoh, kisah pengalaman orang lain, satir atau humor.
2. Tajuk
Rencana atau editorial adalah karangan yang bersifat argumentatif yang ditulis
oleh redaktur media massa mengenai hal-hal yang faktual dan aktual (sedang
terjadi atau banyak dibicarakan orang). Isi tajuk merupakan pandangan atau
tanggapan dari penulisnya mengenai suatu permasalahan atau peristiwa. Tajuk
rencana diistilahkan dengan editorial.
3. Opini adalah
tulisan yang berupa pendapat, pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu.
Opini termasuk bentuk prosa faktual karena meskipun massif bersifat pendapat
penulisnya, namun tetap dalam opini diungkapkan berbagai alasan yang dapat
menguatkan pendapat tersebut.
4. Feature atau
ficer ialah sejenis artikel eksposisi yang memberikan tekanan aspek tertentu
yang dianggap menarik atau perlu ditonjolkan dari suatu objek atau peristiwa
yang memiliki daya tarik secara emosional, pribadi, atau bersifat humor. Isi
feature bukan berita yang actual, tapi kejadian yang sudah berlalu.
5. Biografi
adalah kisah atau riwayat kehidupan seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain.
Biografi ditulis dengan berbagai tujuan dan termasuk prosa naratif ekspositoris
atau prosa faktual yang mengungkapkan fakta-fakta nyata. Salah satu tujuan
biografi untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang latar belakang
kehidupan seorang tokoh sejak kecil hingga mencapai karier di kehidupannya.
Sedangkan jika tokoh itu sendiri yang menulisnya disebut otobiografi.
6. Tips adalah
karangan yang berisi uraian tentang tata cara atau langkah-langkah operasional
dalam melakukan atau membuat sesuatu. Disajikan dengan ringan, sederhana, dan bahasa
yang popular. Karangan ini termasuk jenis artikel ekspositoris.
7. Reportase
ialah karangan yang berupa hasil laporan dari liputan suatu peristiwa atau
kejadian yang sedang berlangsung atau belum lama berlangsung untuk keperluan
berita di media massa. Bersifat informasi aktual. Contoh reportase, yaitu
berita langsung tentang kejadian bencana alam gempa Jogja, atau banjir di
Jakarta.
8. Jurnalisme
Baru (New Journalism) ialah semacam berita yang dituliskan ke dalam bentuk
novel atau cerita pendek. Karena berbentuk cerita, unsur-unsur pembangun sebuah
cerita seperti alur, tokoh-tokoh, latar, dan konflik meskipun isinya berupa
fakta atau yang sebenarnya. Isi jurnalisme merupakan hal-hal kejadian luar
biasa yang menghebohkan/menggemparkan, misalnya kejahatan sadis.
9. Iklan ialah
informasi yang disajikan lewat media massa, bulletin atau surat edaran yang
bertujuan untuk memberitahukan/mempromosikan suatu barang/jasa kepada khalayak
ramai untuk kepentingan bisnis. Contoh iklan : iklan keluarga, undangan,
pengumuman, penerangan, niaga, lowongan pekerjaan, dsb.
10. Pidato atau
Khotbah ialah aktivitas mengungkapkan pikiran, ide, gagasan secara lisan dengan
tujuan tertentu. Pidato biasanya dilakukan dalam acara resmi, seremonial, dan
pertemuan-tertemuan ilmiah. Bahasa dan isi pidato disesuaikan dengan pendengar
(audience) berdasarkan, tingkat pemikiran atau pendidikan, usia, dan topik
pembicaraan.
Puisi
A.
Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari
poesis yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi
ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter
(dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang
berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti
orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai
dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan
tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang
dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
B. Hal-hal dalam mebaca puisi
Cara Membaca Puisi dari Segi
Lafal, Intonasi, Penghayatan dan Ekspresi yang Sesuai. Membaca pusi tidak sekedar membaca saja.
Namun, disini harus memperhatikan beberapa syarat yaitu dari segi lafal,
intonasi dan ekspresi. Apresiasi puisi dapat ditempuh dengan berbagai bentuk
yaitu:
1)
Pembacaan
puisi: Dititik
beratkan pada pemahaman, keindahan vokal, dan ekspresi wajah.
2)
Deklamasi
puisi:
Menekankan kepada ketepatan pemahaman, keindahan vokal, dan ekspresi wajah
disertai dengan gerak-gerik tubuh yang lebih bebas dan ekspersi wajah yang
lebih kuat.
3)
Dramatisasi
puisi: Puisi
dipandang sebagai suatu kesatuan peristiwa yang dapat diperagakan dalam suatu
pementasan. Oleh karena itu pembaca akan
memeragakan peristiwa-peristiwa dalam pusi dengan lakuan tubuh (akting) yang
sesuai.
4)
Musikalisasi puisi: Puisi dinotasikan sebagaimana musik lirik puisi dijadikan
syair lagu.
Pembacaan
atau pendeklamasian puisi mengutamakan kejelasan, ketepatan, dan keakuratan
lafal, volume, intonasi, ekspresi, gesture dan penghayatan.
1)
Lafal: cara menyembunyikan atau mengucapkan
huruf (bagaimana mengucapkan misalnya f, v, p, z, j, dan sebagainya).
2)
Volume suara: tingkat kenyaringan atau
kekuatan bunyi atau suara.
3)
Intonasi: lagu kalimat, perubahan nada
pengucapan tuturan (kata, frasa, klausa kalimat yang menimbulkan makna atau
arti.
4)
Ekspresi: perubahan atau pandangan air muka
(raut wajah) untuk memperlihatkan perasaan tertentu.
5)
Gestur: gerak anggota tubuh (tangan, kaki,
kepala, dan sebagainya) untuk memperkuat kesan tertentu atau untuk
mengungkapkan perasaan.
6)
Penghayatan: cara memahami atau memaknai sebuah
puisi.
Di
samping hal-hal tersebut, pembacaan puisi hendaknya didahului kegiatan memberi
tanda bantu pada puisi sehingga pembacaannya tidak keliru atau menyimpang dari
rencana. Tanda-tanda yang lazim
digunakan dan bisa dikreasi sendiri, antara lain:
——- Diucapkan biasa saja
/ Berhenti
sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris
// Berhenti
agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan artinya dengan
baris berikutnya
/// Berhenti
lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabisan puisi
^ Suara
perlahan sekali seperti berbisik
^^ Suara
perlahan saja
^^^ Suara
keras sekali seperti berteriak
V Tekanan kata
pendek sekali
VV Tekanan
kata agak pendek
VVV Tekan kata
agak panjang
VVVV Tekan
kata agak panjang sekali
____/ Tekanan
suara meninggi
____ Tekanan
suara agak merendah.
Pembacaan puisi dapat
dikatakan berhasil apabila pendengar terhanyut dalam suasana
pembacaan. Untuk mencapai tujuan itu, pembaca hendaknya berlatih
dan melalui beberapa tahapan sebagai berikut.
a) Tahap
pertama, pembaca
hapan secara jelas, misalnya harus mempelajari dan memahami puisi yang akan
dibaca.
b) Tahap
kedua, pembaca
memahami pemenggalan (jeda) baik pada kata, frasa, atau kalimat.
c) Tahap
ketiga, pembaca
memahami siapa yang menjadi yang menjadi pendengarnya.
d) Tahap
keempat, pembaca
harus senang terhadap puisi yang akan dibaca.
Di samping tahapan-tahapan
diatas, perlu juga memperhatikan pelafalan atau pengucapan secara jelas,
misalnya:
a. Fonem diucapkan secara jelas, misalnya huruf a dengan mulut terbuka
lebar.
b.
Pemberian tekanan atau aksentuasi
c. Penekanan terhadap intonasi (nada naik, turun atau datar) secara tepat.
C. Unsur-unsur
puisi
Adapun
unsur-unsur puisi berikut ini yang merupakan beberapa pendapat mengenai
unsur-unsur puisi.
a)
Richards (dalam Tarigan, 1986) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri
dari (1) hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat
(intention), nada (tone), serta (2) metode puisi yang meliputi diksi, imajeri,
kata nyata, majas, ritme, dan rima.
b)
Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur
fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin
puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
c)
Altenberg dan Lewis (dalam Badrun, 1989:6), meskipun tidak
menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, namun dari outline
buku mereka bisa dilihat adanya (1) sifat puisi, (2) bahasa puisi: diksi,
imajeri, bahasa kiasan, sarana retorika, (3) bentuk: nilai bunyi, verifikasi,
bentuk, dan makna, (4) isi: narasi, emosi, dan tema.
d)
Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur
penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur
sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin
puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi.
e)
Meyer menyebutkan unsur puisi meliputi (1) diksi, (2)
imajeri, (3) bahasa kiasan, (4) simbol, (5) bunyi, (6) ritme, (7) bentuk
(Badrun, 1989:6).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada, (3) rasa, (4) amanat, (5) diksi,
(6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata konkret, (9) ritme dan rima.
Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Richards dan Waluyo dapat dipilah
menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat)
dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret,
ritme, dan rima). Djojosuroto (2004:35) menggambarkan sebagai berikut.
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
a.
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi
seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan
barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b.
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa
puisi mengalami 9 (sembilan) aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal,
penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis,
penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh
kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno),
dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik)
c.
Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual),
dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca
seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
d.
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera
yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat
kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
e.
Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito,
1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa
figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
f.
Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima
adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan
efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,
sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3)
pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Adapun struktur batin puisi akan dijelaskan sebagai berikut.
a.
Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa
adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap
kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b.
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap
pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa
erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya
latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan
bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
c.
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca
untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
d.
Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang
mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum
penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya
D.
Jenis-jenis
puisi
a)
Puisi Lama
Puisi lama
adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan seperti Jumlah kata dalam
1 baris, Jumlah baris dalam 1 bait, Persajakan (rima), Banyak suku kata tiap
baris dan Irama
Jenis puisi
lama
a.
Mantra adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
b.
Pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
c.
Karmina adalah
pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
d.
Seloka adalah
pantun berkait.
e.
Gurindam adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
f.
Syair adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita.
g.
Talibun adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
B. Puisi Baru
Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan. bentuknya lebih
bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
a)
Balada adalah
puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait,
masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b.
Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait
pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
b)
Himne adalah
puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
c)
Ode adalah
puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
d)
Epigram adalah
puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
e)
Romansa adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
f)
Elegi adalah
puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
g)
Satire adalah
puisi yang berisi sindiran/kritik
h)
Distikon,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
i)
Terzina, puisi
yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
j)
Kuatrain, puisi
yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
k)
Kuint, adalah
puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
l)
Sektet, adalah
puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
m) Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri
atas tujuh baris (tujuh seuntai).
n)
Oktaf/Stanza,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau
puisi delapan seuntai).
o)
Soneta, adalah
puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait
pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris
Drama
A.
Pengertian Naskah Drama
Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan
yang belum diterbitkan. Menurut Imam Suryono Drama adalah suatu aksi atau
perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang
dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah
sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran.
Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Menurut Molton drama
adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). Menurut
Ferdinand Brunetierre drama haruslah melahirkan kehendak dengan action. Menurut
Baltazhar Vallhagen drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia
dengan gerak. Menurut Sendarasik naskah drama merupakan bahan dasar sebuah
pementasan dan belum sempurna betuknya apabila belum dipentaskan. Naskah drama
juga sebagai ungkapan pernyataan penulis(play wright) yang berisi
nilai-nilai pengalaman umum juga merupakan ide dasar bagi actor.
Berdasarkan pengertian diatas naskah drama
dapat diartikan suatu karangan atau cerita yang berupa tindakan atau perbuatan
yang masih berbentuk teks atau tulisan yang belum duterbitkan (pentaskan).
B.
Jenis –Jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis,
yaitu
a.
Drama lama
Drama Lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian,
kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan
sebagainya. Contoh drama tradisional/klasik, seperti lenong (pertunjukan sandiwara dengan gambang
kromong dari Jakarta), topeng Betawi, dagelan/ketoprak (sandiwara tradisional
Jawa dengan iringan musik gamelan, diringi tarian dan tembang), wayang yang
dimainkan seorang dalang, dan randai (tarian yang dibawakan oleh sekelompok
orang yang berkeliling membentuk lingkaran dan menarikannya sambil bernyanyi
dan bertepuk tangan).
b.
Drama Baru/Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan memberikan
pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari. Contoh drama baru/modern adalah sinetron, opera, dan film. Drama
Lama/Drama Klasik
C.
Ciri-ciri Teks Drama :
Seluruh
cerita berbentuk dialog, baik tokoh maupun narator. Inilah ciri utama naskah
dialog, semua ucapan ditulis dalam teks.
Contoh
:
Suatu
hari di sebuah desa terpencil, ada seorang pemuda berpenampilan sederhana. Ia
bernama Paijo.
Semua
dialog tidak menggunakan tanda petik ("..."). Dialog drama bukan
kalimat langsung. Oleh karena itu, naskah drama tidak memakai tanda petik.
Contoh
:
Fiqi:
Kita bisa selesaikan masalah ini.
Paijo: Sudahlah! Kamu tidak perlu memikirkan ini. Ini bukan masalah
yang besar. Jadi kita tidak perlu membincangkan terlalu serius.
Naskah
drama dilengkapi petunjuk tertentu yang harus dilakukan tokoh pemerannya.
Petunjuk itu ditulis dalam tanda kurung (...) atau dengan memberikan jenis
huruf yang berbeda dengan huruf dialog.
Contoh
:
Fiqi:
Sudah! Jangan dilanjutkan lagi perkelahian ini. Sebaiknya kita selesaikan
secara dewasa (sambil berwajah serius).
Naskah
drama terletak diatas dialog atau disamping kiri dialog.
Contoh
:
Stark
: Saat ini Loki sudah berhasil membuka portal-nya.
Thor
: Saatnya kita beraksi.
Fiqi:
Jangan gegabah, sebaiknya kita membangun strategi dulu Stark.
D. Unsur-Unsur yang membangun Drama
Drama mempunyai unsur-unsur pembangun, seperti rangka cerita
(plot), penokohan (karakter/watak), diksi (pilihan kata, kebahasaan), tema, latar, perlengkapan, dan nyanyian.
1.
Rangka cerita. Cerita dalam drama merupakan rangkaian peristiwa
yang dijalin sedemikian rupa sehingga dapat mengungkapkan gagasan pengarang.
Rangkaian peristiwa ini diatur sebagai alur. Ada alur maju, alur balik, dan
alur campuran.
2.
Penokohan (karakter/watak). Pelaku-pelaku dalam drama yang
mengungkapkan watak tertentu. Ada pelaku protagonis yang menampilkan nilai
kebaikan yang mau diperjuangkan; pelaku antagonis, yang menampilkan watak yang
bertentangan dengan nilai kebaikan; dan pelaku tritagonis, yang mendukung
pelaku protagonis untuk memperjuangkan nilai kebaikan.
3. Dialog – Dalam dalam, percakapan atau dialog
haruslah memenuhi dua tuntutan, yaitu: (1) dialog harus turut menunjang gerak
laku tokohnya dan (2) dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan
tertib daripada ujaran sehari hari.
4. Diksi (pemilihan kata, kebahasaan). Kata-kata
yang digunakan dalam drama harus dipilih sedemikian rupa sehingga terungkap
semua gagasan dan perasaan pengarang serta mudah diterima oleh pembaca,
pendengar, atau penonton.
5. Tema. Gagasan
pokok yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau penonton.
6. Latar adalah
keterangan mengenai tempat, ruang dan waktu di dalam naskah drama. Latar drama terbagi 3:
a. Latar tempat,
yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama,
b. Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian
di dalam naskah drama.
c. Latar budaya, yaitu penggambaran budaya yang
melatarbelakangi terjadinya adegan atau peristiwa dalam drama.
7. Perlengkapan
dan nyanyian – pakaian (kostum). Tata panggung, tata lampu, musik, dan nyanyian
merupakan pendukung gagasan yang ikut berpengaruh dalam penyampaian gagasan
kepada pendengar/penonton.
Pementasan drama selalu merupakan kerja sama yang sangat erat
antara penulis naskah drama (skenario), sutradara, dan pelaku (aktor/aktris).
Pada umumnya, pementasan drama mempunyai tahapan-tahapan yang runtut, yaitu
eksposisi (pengenalan), komplikasi (pemunculan konflik), peningkatan konflik,
klimaks, penyelesaian, dan resolusi (keputusan).
Keenam tahap pementasan drama
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
1.
Eksposisi : cerita diperkenalkan agar penonton mendapat gambaran
selintas mengenai drama yang ditontonnya (penonton diajak terlibat dalam
peristiwa cerita).
2.
Konflik : pelaku cerita terlibat dalam suatu pokok persoalan (di
sinilah mula pertama terjadinya insiden).
3.
Komplikasi : terjadinya persoalan baru dalam cerita.
4.
Krisis : pertentangan harus diimbangi dengan jalan keluar, mana
yang baik dan mana yang buruk, lalu ditentukan pihak/perangai mana yang
melanjutkan cerita.
5.
Resolusi : di sini dilakukan penyelesaian persoalan (falling
action).
6.
Keputusan : di sini konflik berakhir, sebentar lagi cerita usai
Tahap-tahap penceritaan di atas dapat disusun sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu plot literer, yang menggambarkan perubahan karakter
atau suasana drama yang erat kaitannya dengan plot cerita. Plot literer yang
lazim digunakan dalam drama adalah sirkuler, linear, dan episodik. Selain itu,
tahap-tahap penceritaan tersebut masih harus dikemas
dalam bagian-bagian drama yang lazim dikenal dengan istilah babak, episode, dan
adegan.
PERBEDAAN PUISI DRAMA DAN PROSA
No
|
Puisi
|
Drama
|
Prosa
|
1
|
Berbentuk bait – bait
|
Berbentuk percakapan
|
Berbentuk paragraph
|
2
|
Bahasa
yang digunakan bebas, indah, terikat oleh rima atau persajakan dan bermajas
|
Bahasa
yang digunakan biasa, tidak terikat oleh rima dan tidak bermajas
|
Bahasa
yang digunakan biasa, tidak terikat oleh rima dan tidak bermajas
|
3
|
Biasanya
puisi ini dipentaskan atau dipublikasikan lewat media cetak.
|
Hanya
untuk dipentaskan
|
Dipublikasikan
lewat media cetak
|
4
|
Isinya penuh penafsiran
|
Isinya lugas dan jelas
|
Isinya lugas dan jelas
|
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
v Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah
kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi .
v Sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi
tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
v Sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu
susastra, su artinya baik atau indah dan sastra artinya tulisan.
v karya sastra adalah karya imajinasi penulis
yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
v Jenis sastra ada tiga, yaitu, prosa, drama, dan
puisi.
v Prosa adalah karya sastra yang berbentuk
cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti
puisi.
v Kata prosa berasal dari bahasa Latin
"prosa" yang artinya "terus terang".
v Prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah,
novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.
v Prosa biasanya di bagi menjadi 4 jenis: (1)Prosa
naratif (2)Prosa deskriptif (3)Prosa eksposisi (4)Prosa argumentative.
v Prosa lama adalah karya sastra daerah yang
belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya
dengan kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra
prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh
hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia.
v Bentuk Prosa Lama
(1)Hikayat
(2)Sejarah atau Tiambo (3)Dongeng
v Bentuk Prosa Lama
(1)Hikayat (2)Sejarah Atau Tiambo (3)Dongeng
v Ciri-ciri Prosa Lama
(1)Statis (2)Diferensiasi (3)Tradisional (4)Terbentuk
oleh masyarakat
v Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul
setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak
pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20.
v Bedasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat
digolongkan menjadi:
(1)Roman (2)Riwayat (3)Otobiografi (4)Antologi
(5)Kisah (6)Cerpen (7)Novel (8)Kritik (9)Resensi (10)Esei
v Prosa menurut isinya dibagi menjadi 2 jenis:
1)
Prosa Fiksi Prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya.
Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga
karangan narasi sugestif/imajinatif.
2)
Prosa Non FiksiProsa Non Fiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan
rekaan atau khayalan pengarang tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi
faktual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan pengarang. Prosa nonfiksi
disebut juga karangan semi ilmiah seperti : artikel, tajuk rencana, opini,
biografi, tips, reportase, jurnalisme baru, iklan, pidato.
v Kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari
poesis yang artinya berati penciptaan.
v Cara Membaca Puisi dari Segi Lafal, Intonasi,
Penghayatan dan Ekspresi yang Sesuai.
v Unsur-unsur puisi meliputi (1) tema, (2) nada,
(3) rasa, (4) amanat, (5) diksi, (6) imaji, (7) bahasa figuratif, (8) kata
konkret, (9) ritme dan rima.
v Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh
aturan-aturan. Aturan seperti Jumlah kata dalam 1 baris, Jumlah baris dalam 1
bait, Persajakan (rima), Banyak suku kata tiap baris dan Irama.
v Jenis puisi lama: a.Mantra b.Pantun c.Karmina
d.Seloka e.Gurindam f.Syair g.Talibun.
v Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat
oleh aturan. bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima.
v Jenis Puisi Baru (a)Balada (b)Himne (c)Ode
(d)Epigrame) (e)Romansa (f)Elegi (g)Satire (h)Distikon (i)Terzina (j)Kuatrain (k)Kuint
(l)Sektet (m)Septime (n)Oktaf/Stanzao) (o)Soneta.
v Naskah adalah karangan yang masih ditulis
dengan tangan yang belum diterbitkan.
v Menurut Imam Suryono Drama adalah suatu aksi
atau perbuatan (bahasa yunani).
v Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang
dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan.
v Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di
mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran.
v Orang yang memainkan drama disebut aktor atau
lakon.
v Jenis-jenis Drama
(a) Drama lama
Drama Lama adalah drama khayalan yang umumnya
menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan
dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan sebagainya.
(b) Drama
Baru/Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan
memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari.
v Ciri-ciri Teks Drama seluruh cerita berbentuk
dialog, baik tokoh maupun narator.
v Drama mempunyai unsur-unsur pembangun, seperti
rangka cerita (plot), penokohan (karakter/watak), diksi (pilihan kata,
kebahasaan), tema, latar, perlengkapan, dan nyanyian.
v Pementasan drama selalu merupakan kerja sama
yang sangat erat antara penulis naskah drama (skenario), sutradara, dan pelaku
(aktor/aktris). Pada umumnya, pementasan drama mempunyai tahapan-tahapan yang
runtut, yaitu eksposisi (pengenalan), komplikasi (pemunculan konflik),
peningkatan konflik, klimaks, penyelesaian, dan resolusi (keputusan).
v Tahap-tahap penceritaan di atas dapat disusun
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu plot literer, yang menggambarkan
perubahan karakter atau suasana drama yang erat kaitannya dengan plot cerita.
Plot literer yang lazim digunakan dalam drama adalah sirkuler, linear, dan
episodik. Selain itu, tahap-tahap penceritaan tersebut masih harus dikemas
dalam bagian-bagian drama yang lazim dikenal dengan istilah babak, episode, dan
adegan.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://fidanaza.blogspot.co.id/2012/06/prosa-puisi-dan-drama.html
http://www.kupasbuku.com/artikel/cara-membaca-puisi-yang-baik-dan-benar
http://www.planetxperia.tk/2014/03/pengertian-puisi-struktur-puisi-dan.html
https://allskyskies.wordpress.com/2014/05/18/prosa-puisi-drama/
http://jafarudinbastra.blogspot.co.id/2012/06/makalah-tentang-unsur-unsur-pembangun.html
0 Comments:
Posting Komentar